Mencerahkan, Memberi wawasan

Peran Media Sosial Bagi Kegiatan Jurnalistik

Foto : Google.com

Jurnalistik merupakan kegiatan pelaporan, penyampaian, penyiapan, penyuntingan, dan peliputan berita kepada khalayak pada media massa. Di indonesia, istilah jurnalistik dulunya dengan sebutan publissitik atau publikasi secara cetak kemudian berkembang ke media elektronik. Dewasa ini media berkembang dengan pesat tidak hanya sebutan media cetak dan elektronik, kini perkembangan nya telah mencapai media tersmabung (online) yang kini membuat optimis para penggemar media.

Dengan berkembangnya media jurnalis, tugas jurnalis profesional termasuk jurnalis independen secara tidak langsung telah di mabil oleh para jurnalis warga (citizen journalist). Tak ayal , banyak media konvensional yang membuat berita versi online.

Kegiatan jurnalis dulu yang menulis berita dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya di sunting sebelum diterbitkan. Namun dengan adanya media online , berita tidak lagi menjadi sesuatu yang harus di tulis secara profesional karena seluruh warag dapat mengaksesberita tanpa filter dan pemahaman terhadap kode etik jurnalis.

Kini Situs media sosial bisa dikatakan sebagai alat instan yang memungkinkan para jurnalis lebih cepat dalam mencari sumber atau narasumber untuk beritanya. Jurnalis tidak perlu menelepon ke sana ke mari untuk mencari sumber berita yang biosa di percaya dan kredibel. Melalui situs media sosial, jurnalis bisa mencari tahu segala peristiwa atau fenomena yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Penggunaan media sosial dalam jurnalisme seiring berkembangnya jurnalisme warga ( citizen journalist) dalam media online atau jaringan internet, kecanggihan dalam akses pencarian berita ini, mau tidak mau menuntut jurnalis agar semakin cepat dalam menghimpun berita. Jurnalis dalam jaringan online telah membuat segala informasi menjadi cepat menyebar dan diterima masyarakat. Oleh karena itu. Kini seorang jurnalis di berbagai media sudah diwajibkan untuk tidak mengandalkan media utama sebagai alat penyebar berita. Ia di haruskan untuk bisa menjelajah media-media sosial agar agar bisa menjalin hubunganb baik dengan berbagai macam status sosial masyarakata agar sehingga bisa mendapatkan berita banyak, bervariasi dan detail.

Penggunaa media sosial oleh jurnalis mendapatkan berbagai dukungan dan respon positif, baik dari pimpinan media maupun masyarakat. Media sosial ini bisa di jadikan tempat wawancara ( misalnya melui fromspring, diman pertanyaan bisa masuk di inbox tujuan dan lebih tertutup daripada Twitter), berbagai foto yang tidak bisa di muat media, serat memberikan opini-opini pribadi njurnalis terhadap suatu berita.

Seorang jurnalis tidak bisa membuat berita yang tidak sesuai dengan ideologi media, meskipun dalam teorinya jurna;lis diberikan kebebasanuntuk mengikuti hati mereka dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu , mungkin sebagai pembebasan diri , seorang jurnalis membuat sebuah blog yang berisi catatan opini pribadinya. Jika ingin menggunakan akun Twitter atau Face book sebagai media pribadinya, tentu ia harusb berhati hati dalam mengungkakan opininya. Bisa saja opininya tersebut ditanggapi oleh dengan berbagai hal oleh pengguna user lain nya dala media sosial yang bersangkutan, kini segalanya informasi yang di buat oleh sesorang dalam suatu media sosial bisa mudah diketahui oleh seseorang dalam suatu media sosial bisa mudah diketahui oleh orang lain dan bisa mudah pula untuk di komentari macam-macam.

Kita sudah bisa melihat munculnya situs web dan situs internet yang memperlihatkan adanya aktivitas jurnalis sebagai penyebar informasi. Mungkin saja, aktivitas tersebut bukanlah suatu komunikasi massa, tetapi fungsinya dalam penyampaian informasi dengan khalayk yang tidak bisa ditebak dan tersebar dan mebuat hal ini menjadi mirip dengan komunikasi massa.

Jurnalisme warga (citizen journalis) berkembang melalui media sosial maupun situs web. Media massa professional memang secara tidak sengaja akan terus membiasakan aktivitas jurnalis profesional. Perkembangan ini memang telah membuat setiap manusi memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas jurnalis, yaitu menghimpun dan menyebar informasi.

Atas tuntutan perkembangan tersebut, maka hampir semua media massa kini memiliki situs atay akun untuk mereka di dunia maya. Mereka tidak lagi terpatok dengan penyebaran berita dengan media konvensional. Situs situs media sosial dalam jaringan telah memudahkan mereka dalam aktivitas jurnalis sehari hari.

Seorang jurnalis memang tidak hanya dituntu untuk sekedar tahu dimana jurnalisme tetapi juga menguasai teknologi yang akan membantu mereka dalam kegiatan jurnalis. Seorang jurnalis minimal memiliki satu situs atau akun di media sosialsebagai alat utama dan penunjang kerjanya sebagai jurnalis.

Dalam jurnalisme warga yang terus berjalan dan berkembang, orang orang menjadi sadar dan kritis terhadap pesan pesan media. Sepertinya teori jarum hipodermik akan sangat kalah dan terlupakan. Memalui jurnalisme warga orang orang akan gemar berdiskusi kemudian membentuk komunitas-komunitas tanggap media.

Hal ini adalah hal yang menarik meskipun sedikit membuat jurnalis media massa professional menjadi harus bersaing ekstra kera, kerja mereka saat ini bukan dihargai dengan surat kabar yang terjual tetapi dengan tanggapan atau opini masyarakat tentang berita yang mereka buat. ini adalah konsekuensi dari semakin malasnya konsumen media salam berlangganan media massa karena mahal juga tidak praktis.Jurnalistik merupakan kegiatan pelaporan, penyampaian, penyiapan, penyuntingan, dan peliputan berita kepada khalayak pada media massa. Di indonesia, istilah jurnalistik dulunya dengan sebutan publissitik atau publikasi secara cetak kemudian berkembang ke media elektronik. Dewasa ini media berkembang dengan pesat tidak hanya sebutan media cetak dan elektronik, kini perkembangan nya telah mencapai media tersmabung (online) yang kini membuat optimis para penggemar media.

Dengan berkembangnya media jurnalis, tugas jurnalis profesional termasuk jurnalis independen secara tidak langsung telah di mabil oleh para jurnalis warga (citizen journalist). Tak ayal , banyak media konvensional yang membuat berita versi online.

Kegiatan jurnalis dulu yang menulis berita dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya di sunting sebelum diterbitkan. Namun dengan adanya media online , berita tidak lagi menjadi sesuatu yang harus di tulis secara profesional karena seluruh warag dapat mengaksesberita tanpa filter dan pemahaman terhadap kode etik jurnalis.

Kini Situs media sosial bisa dikatakan sebagai alat instan yang memungkinkan para jurnalis lebih cepat dalam mencari sumber atau narasumber untuk beritanya. Jurnalis tidak perlu menelepon ke sana ke mari untuk mencari sumber berita yang biosa di percaya dan kredibel. Melalui situs media sosial, jurnalis bisa mencari tahu segala peristiwa atau fenomena yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Penggunaan media sosial dalam jurnalisme seiring berkembangnya jurnalisme warga ( citizen journalist) dalam media online atau jaringan internet, kecanggihan dalam akses pencarian berita ini, mau tidak mau menuntut jurnalis agar semakin cepat dalam menghimpun berita. Jurnalis dalam jaringan online telah membuat segala informasi menjadi cepat menyebar dan diterima masyarakat. Oleh karena itu. Kini seorang jurnalis di berbagai media sudah diwajibkan untuk tidak mengandalkan media utama sebagai alat penyebar berita. Ia di haruskan untuk bisa menjelajah media-media sosial agar agar bisa menjalin hubunganb baik dengan berbagai macam status sosial masyarakata agar sehingga bisa mendapatkan berita banyak, bervariasi dan detail.

Penggunaa media sosial oleh jurnalis mendapatkan berbagai dukungan dan respon positif, baik dari pimpinan media maupun masyarakat. Media sosial ini bisa di jadikan tempat wawancara ( misalnya melui fromspring, diman pertanyaan bisa masuk di inbox tujuan dan lebih tertutup daripada Twitter), berbagai foto yang tidak bisa di muat media, serat memberikan opini-opini pribadi njurnalis terhadap suatu berita.

Seorang jurnalis tidak bisa membuat berita yang tidak sesuai dengan ideologi media, meskipun dalam teorinya jurna;lis diberikan kebebasanuntuk mengikuti hati mereka dalam mengerjakan tugas. Oleh karena itu , mungkin sebagai pembebasan diri , seorang jurnalis membuat sebuah blog yang berisi catatan opini pribadinya. Jika ingin menggunakan akun Twitter atau Face book sebagai media pribadinya, tentu ia harusb berhati hati dalam mengungkakan opininya. Bisa saja opininya tersebut ditanggapi oleh dengan berbagai hal oleh pengguna user lain nya dala media sosial yang bersangkutan, kini segalanya informasi yang di buat oleh sesorang dalam suatu media sosial bisa mudah diketahui oleh seseorang dalam suatu media sosial bisa mudah diketahui oleh orang lain dan bisa mudah pula untuk di komentari macam-macam.

Kita sudah bisa melihat munculnya situs web dan situs internet yang memperlihatkan adanya aktivitas jurnalis sebagai penyebar informasi. Mungkin saja, aktivitas tersebut bukanlah suatu komunikasi massa, tetapi fungsinya dalam penyampaian informasi dengan khalayk yang tidak bisa ditebak dan tersebar dan mebuat hal ini menjadi mirip dengan komunikasi massa.

Jurnalisme warga (citizen journalis) berkembang melalui media sosial maupun situs web. Media massa professional memang secara tidak sengaja akan terus membiasakan aktivitas jurnalis profesional. Perkembangan ini memang telah membuat setiap manusi memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas jurnalis, yaitu menghimpun dan menyebar informasi.

Atas tuntutan perkembangan tersebut, maka hampir semua media massa kini memiliki situs atay akun untuk mereka di dunia maya. Mereka tidak lagi terpatok dengan penyebaran berita dengan media konvensional. Situs situs media sosial dalam jaringan telah memudahkan mereka dalam aktivitas jurnalis sehari hari.

Seorang jurnalis memang tidak hanya dituntu untuk sekedar tahu dimana jurnalisme tetapi juga menguasai teknologi yang akan membantu mereka dalam kegiatan jurnalis. Seorang jurnalis minimal memiliki satu situs atau akun di media sosialsebagai alat utama dan penunjang kerjanya sebagai jurnalis.

Dalam jurnalisme warga yang terus berjalan dan berkembang, orang orang menjadi sadar dan kritis terhadap pesan pesan media. Sepertinya teori jarum hipodermik akan sangat kalah dan terlupakan. Memalui jurnalisme warga orang orang akan gemar berdiskusi kemudian membentuk komunitas-komunitas tanggap media.

Hal ini adalah hal yang menarik meskipun sedikit membuat jurnalis media massa professional menjadi harus bersaing ekstra kera, kerja mereka saat ini bukan dihargai dengan surat kabar yang terjual tetapi dengan tanggapan atau opini masyarakat tentang berita yang mereka buat. ini adalah konsekuensi dari semakin malasnya konsumen media salam berlangganan media massa karena mahal juga tidak praktis.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar